Kamis, 24 Maret 2011

Asal Usul Kota Putussibau

ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU


Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah kolonial Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama L.C. Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau. Wilayah Boven Kapuas sendiri merupakan salah satu onderafdeeling dari Residen Sintang. Berdasarkan landasan historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan Seminar yang membahas ”Hari Jadi Kota Putussibau” pada tanggal 14-15 Februari 2005 di Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota Putussibau.                               
Pada mulanya, penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang-orang Dayak Kantu’ dan Dayak Taman. Masyarakat Dayak Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang bermigrasi ke arah timur dan menetap di sebelah selatan Kota Putussibau, sedangkan orang-orang Dayak Taman tinggal menyebar di Kota Putussibau. Orang-orang yang beragama Islam di Kota Putussibau berasal dari suku Dayak Taman dan Dayak Kayan yang memeluk agama Islam.  
          Berdasarkan peta persebaran penduduk di Kota Putussibau, di daerah Kedamin tinggal suku Dayak Kayan yang mayoritas menganut agama Islam. Daerah Hilir di Kampung Teluk Barat banyak menetap orang-orang Dayak Taman. Sedangkan  di Kampung Jati berasal dari orang-orang Melayu Bunut yang bermigrasi ke Putussibau.
Nama Putussibau menurut cerita rakyat berasal dari gabungan kata “Putus” dan “Sibau”. Kata “Putus” yang dimaksud di sini adalah “memutus” dan kata “Sibau” sendiri berasal dari nama salah satu sungai yang melewati Kota Putussibau. Dinamakan Sungai Sibau karena daerah di kiri kanan yang dilalui Sungai Sibau banyak terdapat pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota Putussibau juga dialiri oleh Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia. Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sendiri dinamakan demikian karena di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas yang melewati Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota Putussibau sehingga dikatakan Putussibau.
Menurut versi cerita rakyat lainnya, bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari nama “Sibau” yang merupakan jenis pohon/kayu Sibau. Pohon Sibau sendiri mempunyai buah yang bentuknya seperti buah rambutan. Biasanya buahnya akan berasa asam kalau rambut buahnya pendek-pendek dan berasa manis kalau rambut buahnya panjang-panjang. Daun pohon Sibau biasa digunakan sebagai bahan pewarna merah pada tikar. Dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai, pohon Sibau tersebut tumbang ke sungai sehingga menghalangi aliran Sungai Sibau dan dari peristiwa itulah masyarakat menamai daerah itu dengan nama Putussibau.
Putussibau pada masa sekarang merupakan ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang berada di wilayah Propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak terlepas dari adanya pemerintahan tradisional sejak zaman dahulu hingga pemerintahan modern sesudah masuknya bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Kolonial Belanda. Putussibau sendiri merupakan satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama daerah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.
Di antara nama-nama daerah selain kota Putussibau yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang sejak zaman dahulu telah ada ialah Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut dan lain-lainnya. Nama-nama daerah tersebut zaman dahulunya merupakan nama-nama kerajaan yang ada di wilayah Kapuas Hulu. Namun sekarang daerah-daerah tersebut telah menyatu menjadi bagian yang integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya sejak terbentuknya Pemerintahan Administratif pada tahun 1953 berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953. Pada perkembangannya daerah-daerah tersebut di atas menjadi wilayah-wilayah kecamatan yang menjadi bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu. Kota Putussibau sendiri pada tahun 2007 terbagi menjadi satu wilayah Kecamatan yaitu Putussibau Utara dan lima belas Desa/Kelurahan. (KJ)

Asal Mula Kerajaan Landak


Keraton LandakASAL MULA KERAJAAN LANDAK KALIMANTAN BARAT




                   
                             Foto : Bekas Keraton Kerajaan Landak di Ngabang

Menurut cerita rakyat, sejarah berdirinya kerajaan Landak berawal dari seorang bernama Tedung Sari yang berasal dari pulau Jawa tepatnya dari daerah Banten. Ada juga yang menyatakan bahwa Tedung Sari berasal dari keturunan Raja Majapahit yang dibuang karena menderita suatu penyakit (wawancara dengan Syafaruddin Usman, 2009). Cerita rakyat versi lain mengatakan bahwa penguasa kerajaan di Ngabang adalah Ratu Sang Nata Pulang Pali I atau Raden Kesuma Sumantri Indra Ningrat yang dikatakan sebagai keturunan Raja Brawijaya Angkawijaya dari Majapahit, yang berlayar ke Kalimantan dengan sebuah rakit memasuki sungai Landak Kecil dan berhenti di Kuala Mandor. Raden Kesuma Sumantri Indra Ningrat menderita suatu penyakit yang tiada kunjung sembuh sehingga oleh keluarganya ia diasingkan ke Kalimantan. Dalam pengasingannya di Kalimantan, ia sempat melakukan pelayaran pulang pergi sampai tujuh kali sehingga ia terkenal dengan sebutan Pulang Pali.
Setelah beberapa lama menetap di tepian sungai Mandor, Raden Kesuma Sumantri Indra Ningrat mendirikan sebuah kerajaan yang diberi nama Angrat Batur dan mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Raja Pulang Pali. Mengenai penamaan kerajaan yang didirikan oleh Pulang Pali, ada beberapa versi, yang pertama Angrat Batur seperti cerita di atas dan yang kedua Ningrat Batur. Mengenai nama Ningrat Batur ini, awalnya berasal dari kata batu ningrat yaitu nama sebuah wilayah dimana Pulang Pali menetap di tepian sungai Mandor yang terdapat banyak batu dan Pulang Pali sendiri adalah seorang keturunan ningrat sehingga daerah tempat Pulang Pali menetap itu dinamakan Batu Ningrat yang kalau dibalik namanya menjadi Ningrat Batur (sumber : Karel 2009). Kemudian Kerajaan Angrat Batur atau Batu Ningrat diubah namanya menjadi Kerajaan Landak setelah ibukota Kerajaan tersebut dipindahkan ke tepian Sungai Landak sekarang ini. Nama Kerajaan Landak diprediksi berasal dari nama Sungai Landak yang letaknya dekat dengan keraton Kerajaan Landak.

Sumber :
Hidayat, Ir. Muh., Tanpa Tahun, Istana-Istana Di Kalimantan Barat. Penelitian tidak diterbitkan.
Jauhari, Musa, 1998, Peninggalan Kerajaan Landak Di Kecamatan Ngabang, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, Penelitian tidak diterbitkan.
Lelanang, Gusti Sulung, 1946, Induk Lontar Kerajaan Landak.
Lontaan, J.U., 1975, Sejarah Hukum Adat Dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, Pontianak: Pemprov. Kalimantan Barat.
Nurcahyani, Dra. Lisyawati, 1994, Pendataan Peninggalan Sejarah Kerajaan Landak Di Ngabang Kabupaten Pontianak, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, Penelitian tidak diterbitkan.
Sulistyorini S.S., Pembayun, 1999, Asal Usul Keraton Pembekal Raja (Perwakilan) Kerajaan Landak Di Darit Kecamatan Menyuke Kabupaten Pontianak, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, Penelitian tidak diterbitkan.
Umar, Ya Syarif, 1988, Sejarah Singkat Perjuangan Rakyat Landak
Usman MHD, Syafaruddin, 2003, Susur Galur Kerajaan Landak, Pontianak: Romeo Grafika.